Muhammad Asqalani eNeSTe

Dalam Gelas Sejarah

Dalam Gelas Sejarah

Dalam Gelas Sejarah
Oleh: Muhammad Asqalani eNeSTe

 

sejarah telah dingin, katamu.

lalu kau jumput cengkeh, kayu manis, akar bahar, sekancang laut, 
sekancang darat, sedikit pala, asam bakawali, irisan limau purut.
ah, kopi sekanak, katamu.

pahit, asam, manis, rasa di pangkal lidah. cerita tetua kau tergugah;

dulu,
dari hilir, hujan dan petir, kami sisir sungai Siak, 
ikuti tamu agung dari semenanjung, 
diundang Sultan Syarif Kasim II

kami berdoa, buaya putih tak muncul di antara kelam malam, 
juga ular bidai tak terjaga. moga-moga air tak meluap, 
hingga naga yang disebut para tetua, tak lalu menuju muara.

Jumat pagi, kami menunggu sedekah Sultan, 
minuman ditata makanan dihidang. konon, periuk hitam penanak nasi, 
tak bakal kehabisan isi, sesiapa boleh menguji.

kami juga mendongak, lampu-lampu cantik berisi minyak, 
tegak, tak mati-mati ditiup angin, pula lilin dari sarang lebah madu, 
yang putih agak kuning.

Melayu - Arab - Eropa istana Hasyimiahmu sempurna. 
Beethoven, Mozart, Strauss, berdenting dalam lemari. 
Komet sunyata dua di bumi, di Jerman dan di sini..oh, patung ratu Wilhelmia, 
juga brankas rahasia.

1986,
sultan kami pergi ke selat maha sunyi, di langit tinggi. 
di semenanjung Malaysia - Singapura jejaknya abadi.
--
kau berdiri, mengambil canggir dari porselin, 
masukkan batang-batang kayu manis, pun cengkeh. Bejanggo.

hari ini Jumat, di kota asalmu, laki-laki memakai songket. 
kau pandangi lemari jati, pucuk rebung dan bunga bakau laksana mahkota. 
ah, kota pengantin.

terdengar lamat ketuk di pintu, salam kau kenal suara rindu. 

ayah, aku pulang berlayar, mengulang lagu nenek moyang,
 singgah di Dumai lalu Malaka. bukan saja kutemui harum rempah,
 tapi juga hidu dan hidup darah sejarah.

apa yang 'kan kau kata pada nenek moyang, 
pada generasi emas di masa depan? tanyamu.

seperti lada menghitam dalam kenangan kita, tangan kita gemetar,
 menyentuh butir-butir sejarah. rempah, biarkan ia menggema.
 melintasi kampung kita, kembali ke samudera, lalu menyentuh 
jantung dunia.

Kubang Raya, Juni – Agustus MMXXIV

 

 

Penulis : Muhammad Asqalani eNeSTe. Kelahiran, Paringgonan, 25 Mei 1988. Seorang guru Bahasa Inggris. Pemenang II Duta Baca Riau 2018. Residensi Seniman Riau 2023. Balige Writers Festival (BWF) 2023. Laskar Rempah RI dalam Muhibbah Budaya Jalur Rempah 2024. Buku puisinya *doksologi* memenangkan sayembara buku sastra 2019. Baru-baru ini, bukunya berjudul *Ikan-ikan Kebaikan Terbang dari Sungai ke Langit Lengang* menjadi buku terpilih dalam helat Festival Sastra Internasional Gunung Bintan (FSIGB) 2024. Aktif di COMPETER Pekanbaru dan COMPETER Indonesia. Adalah seorang Mentor Menulis Puisi di Asqa Imagination School (AIS). IG: @muhammadasqalanie

 

Editor : RRMedia
Komentar Via Facebook :