Menyalakan Lentera Dakwah di Ujung Negeri: Refleksi Baitul Arqam Muhammadiyah Meranti

Foto: Ist
MERANTI, RANAHRIAU.COM- Di sebuah ruang sederhana di MI Mu’allimin Selatpanjang, wajah-wajah bersemangat tampak memenuhi ruangan.
Mereka datang dari berbagai penjuru Kepulauan Meranti — dari desa-desa pesisir, sekolah Muhammadiyah, hingga ranting-ranting kecil di tepian pulau.
Selama dua hari penuh, mereka berkumpul bukan untuk mencari pangkat atau jabatan, melainkan untuk meneguhkan komitmen bermuhammadiyah.
Kegiatan Baitul Arqam Muhammadiyah, yang digelar oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kepulauan Meranti pada 10–11 Oktober 2025 ini, bukan sekadar pelatihan organisasi.
Ia adalah ruang perjumpaan spiritual dan ideologis—tempat para kader menyalakan kembali lentera dakwah di hati masing-masing.
Tema kegiatan, “Meneguhkan Komitmen Bermuhammadiyah untuk Mewujudkan Islam Berkemajuan,” terasa begitu hidup di tengah dinamika perbincangan dan tadarus nilai-nilai Islam berkemajuan.
Para narasumber dari PWM Riau dan Majelis Tabligh tidak hanya berbicara tentang teori, tapi juga menyalurkan ruh perjuangan—bahwa menjadi kader Muhammadiyah berarti siap berkhidmat dengan keikhlasan, di mana pun berada.
Dalam sambutan penutupan, Drs. H. Darussamin, Ketua PDM Meranti, menyampaikan pesan yang menancap dalam ingatan peserta.
“Tidak ada kata terlambat untuk belajar. Jika bukan kita yang merawat Muhammadiyah, siapa lagi?”
Suaranya begitu lirih namun tegas, seolah menjadi gema yang memantul di dada setiap kader muda yang hadir hari itu.
Salah satu peserta, Zulfa Mumtazah, yang juga Kepala SMP Muhammadiyah Tebing Tinggi, mengungkapkan harapan agar kegiatan serupa terus berlanjut.
“Baitul Arqam bukan sekadar forum pelatihan, tapi wadah untuk memperbaharui semangat. Di sini kami belajar kembali arti menjadi bagian dari gerakan besar yang membawa cahaya Islam ke tengah masyarakat.”
Di sela-sela materi, para peserta terlibat dalam kajian Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, latihan kepemimpinan, serta diskusi kelompok yang hangat dan inspiratif.
Tidak jarang, tawa dan canda ringan menjadi perekat kebersamaan. Tapi di balik itu semua, ada rasa tanggung jawab yang tumbuh—bahwa setiap kader pulang membawa misi: menyebarkan nilai-nilai Islam berkemajuan di lingkungannya.
Menjelang sore penutupan, suasana menjadi haru ketika satu per satu peserta menerima penghargaan simbolik dari panitia.
Bukan karena hadiah atau sertifikatnya yang berharga, tetapi karena mereka merasa telah melalui proses pembelajaran yang mengubah cara pandang dan memperdalam makna pengabdian.
Baitul Arqam di Meranti kali ini bukan sekadar peristiwa dua hari di kalender kegiatan Muhammadiyah.
Ia adalah jejak spiritual dan intelektual yang akan terus hidup dalam langkah-langkah para kadernya. Dari ruang kecil di Selatpanjang, bara dakwah itu kembali menyala—menerangi ujung negeri dengan semangat Islam berkemajuan.
Komentar Via Facebook :