Peluang dan Bumerang Investasi Indonesia bagi Bonus Demografi

Peluang dan Bumerang Investasi Indonesia bagi Bonus Demografi

Foto : Ist

RANAHRIAU.COM- Bonus Demografi itu sendiri bisa di katakan sebagai salah satu anugerah tersendiri dimana rata-rata penduduk Indonesia yang memiliki usia produktif di bandingkan usia non produktif.

Usia produktif dikategorikan dari 17-65 th sedangkan usia non produktif kurang dari 17 tahun dan 65 tahun keatas, Bonus demografi diperkirakan akan terjadi di tahun 2030-2045 yang akan datang. Apa saja yang sudah di persiapkan oleh pemerintah dan masyarakatnya untuk menghadapi bonus demografi tersebut jika memang saat itu akan terjadi, sudah siapkah kita sebagai bangsa Indonesia untuk menghadapi hal tersebut.

Peningkatan Sumber daya manusia (SDM) adalah salah satu faktor sangat penting untuk menghadapi kondisi tersebut, meskipun tingkat pendidikan masyarakat Indonesia saat ini sudah mulai meningkat tetapi masih belum cukup untuk menjawab apa permasalahan yang terjadi untuk menghadapi bonus demografi. Dikarenakan masih banyaknya Sarjana (S1) yang tidak memiliki penghasilan dan belum mampu untuk bersaing di dunia kerja, keadaan ini disebabkan oleh tidak adanya pelatihan softskill maupun hardskill dari universitas yang di siapkan untuk menghadapi dunia kerja.

Universitas sendiri hanya memberikan teoristik dan ijazah ketika mahasiswa S1 lulus, banyak universitas di Indonesia yang memiliki akreditasi terbaik tapi belum mampu mempersiapkan lulusannya untuk bersaing di dunia kerja. Padahal Investasi yang banyak masuk di Indonesia seharusnya menjadi peluang besar bagi masyarakatnya bukan malah menjadi boomerang dikarenakan SDM yang belum memadai, Salah satu contoh kasus masuknya investasi ke daerah Provinsi Riau yang di kenal sebagai Negeri Minyak, banyak pabrik kelapa sawit (PKS) yang didirikan di daerah kabupaten-kabupaten yang ada di Provinsi Riau tetapi masih banyak masyarakat yang belum merasakan efek dari investasi tersebut.

Bukankah seharusnya ketika investasi tersebut masuk memberikan peningkatan ekonomi untuk masyarakat sekitar dan penyerapan tenaga kerja besar bagi pemuda yang dapat dikategorikan sebagai usia produktif, kenyataan nya adalah masih banyak daerah di Provinsi Riau yang masyarakatnya di kategorikan sebagai masyarakat kurang mampu atau miskin. Hal ini di sebabkan oleh belum siapnya pemerintah untuk menerima investasi yang masuk ke daerah Provinsi Riau, mengapa bisa dikatakan demikian, seharusnya pemerintah terlebih dahulu mempersiapkan SDM di daerahnya sebelum menerima investasi itu masuk agar penyerapan tenaga kerja lokal lebih optimal dan adanya peningkatan ekonomi yang terjadi untuk daerah tersebut. Karena perusahaan yang akan investasi ke daerah mencari pekerja yang kompeten dan memiliki ilmu dibidang nya bukan dari orang-orang yang tidak memiliki penghasilan saja, sebenarnya ada lagi cara agar investasi yang masuk ke daerah tersebut efektif yaitu dengan membuat kembali peraturan daerah yang mengatur penyerapan tenaga kerja lokal sebanyak 60% yang pada tahun 2000 sempat di hapuskan oleh kementerian dalam negeri bahwasanya pekerja lokal bukan dari masyarakat sekitar melainkan dari seluruh masyarakat Indonesia.

Maka dengan pemerintah daerah mampu untuk melatih softskill dan hardskill pemuda lokal dan lulusan universitas dengan cara membuka kembali badan latihan kerja (BLK) kita mampu menghadapi bonus demografi yang terjadi dan investasi yang masuk kedaerah khususnya Provinsi Riau.

Penulis: Muhammad Yandra Ansari, Aktivis Mahasiswa 

Editor : RRMedia
Komentar Via Facebook :