Pertamina klaim Penyaluran normal, tapi SPBU kok banyak yang kosong

Pertamina klaim Penyaluran normal, tapi SPBU kok banyak yang kosong

Salah satu SPBU di Jl Imam Munandar yang sudah mengalami kekosongan BBM jenis premium sejak awal Maret kemarin. Foto dok hrc

PEKANBARU, RANAHRIAU.COM- Bahan bakar minyak (BBM) jenis premium kembali langka. Hal ini terlihat dari antrean panjang kendaraan bermotor dan kosongnya premium di beberapa SPBU di wilayah Pekanbaru.

Kelangkaan Premium di wilayah Pekanbaru ini sudah terjadi satu minggu terakhir.

Salah seorang pengawas di SPBU Jl Imam Munandar mengatakan jika kelangkaan BBM jenis premium sudah terjadi sejak awal Maret lalu.

 

"SBPU kami sejak 1 Maret belum dapat pengisian BBM jenis premium. Coba saja di SPBU di Jalan Bukit Barisan," katanya tanpa mau menyebutkan namanya, Senin (8/3/2021).

Menanggapi hal itu, Branch Manager Pertamina Wilayah 1 Pekanbaru, Siak dan Bengkalis, Aditya Agung Andrawina mengatakan  kelangkaan itu bukan karena Premium dihentikan.

"Premium tetap masih ada dan tetap disalurkan," kata Aditya, Sabtu (6/3/2021).

Menurutnya di wilayah Pekanbaru masih ada sekitar 20-an SPBU yang menyalurkan premium.

"Penyaluran normal. Tidak ada masalah, cuma titiknya adalah kejadian kebakaran SPBU di Jalan Ababil, Pekanbaru," katanya.

Dari peristiwa itu, Aditya mengatakan Pertamina segera mengecek keadaan di lapangan. Kemudian didapati penyebabnya adalah model tangki modifikasi dari mobil pengangkut bahan bakar.

"Kami lakukan cek, yang menyebabkan kebakaran adalah tangki modifikasi yang tidak sesuai dengan volume. Setelah kita mengetahui fakta di lapangan. Kita awasi lebih ketat," ujar Aditya.

Aditya juga menjelaskan kenapa premium bisa hadir di Sumatera Barat. Menurutnya hal itu karena premium dari wilayah Pekanbaru yang dibawa ke sana.

"Kita menemukan lagi-lagi tangki modifikasi. Ilegal lah. Kalau dari SPBU yang melakukan pelanggaran, kami akan beri sanksi," katanya.

Selain itu, Aditya juga menjabarkan bahwa Indonesia, satu-satunya wilayah di Asia Tenggara yang masih menggunakan premium.

"Premium itu Ron 88. Kita di Asia Tenggara yang masih pakai ini.  Secara aspek lingkungan dan kesehatan sebenarnya sudah tidak layak untuk konsumsi kendaraan," sebutnya.

 

Editor : Abdul
Sumber : Hallo Riau
Komentar Via Facebook :