Pilkada 2020 Hitungan Hari, Pesan : Dari Masyarakat Untuk Masyarakat Sebagai Pengingat
BENGKALIS, RANAHRIAU.COM - Perjalanan kepemimpinan Kabupaten Bengkalis menjadi catatan yang patut kita garis bawahi bersama, terutama track record atau rekam jejak dua periode sepuluh tahun belakangan ini telah melahirkan prestasi buruk, riwayatnya meletakkan tambahan bait historis daerah itu menjadi cerita kelam yang menggambarkan bahwa bagaimana kemerosotan akhlak pemimpin terjadi, pantas kiranya pengalaman itu di jadikan bahan renungan sebagai pertimbangan untuk tidak lagi yang ketiga kalinya.
"Sudut pandang dari salah seorang masyarakat Bengkalis M.Fachrorozi atau biasa dikenal dengan sapaan "Agam" yang seterusnya dalam publis kali ini disebut narasumber, inspirasi pemikirannya pada edisi ini dalam bentuk ungkapan pesan atas apa yang menjadi pengalaman pahit negeri," kata narasumber, Senin (30/11/2020).
Menurutnya, persoalan yang paling krusial mendorongnya untuk produktif membuka pandangan ini adalah atas dasar ketidak beresan dari pengalaman kepemimpinan yang terjadi dan itu menjadi aib Negeri. Ulasan ini sengaja tidak membubuh satu namapun yang terkait peristiwa.
Bukan cerita fiksi melainkan fakta yang terjadi sebut narasumber, begitu hangatnya pemberitaan yang dikemas secara detail selama ini oleh para insan media. Bahkan informasi Kepala daerahnya yang terjerat kasus hukum (Pidana Korupsi) gaungnya viral hingga tersiar kemana-mana, masih kah belum cukup rasanya untuk mampu menggugah hati penghuni dari negeri ini...?
"Pertanyaan ini bukan bentuk keraguan hati narasumber. Namun lebih pada rasa keingin tahuannya bagaimana di hari penentuan itu nanti hari Rabu 9 Desember 2020 masyarakat bijak menjawab," sebut narasumber.
Kemudian narasumber coba kembali memboncengi logika berpikir dengan cara yang sederhana, agar memori pemilih tidak luput dari perspektif kejadian Korupsi itu, maaf ambil contoh jelasnya "BUPATI" yang sudah.
Kuat dugaan kasusnya tidak berdiri sendiri ada konspirasi pemikiran bersama antara terpidana beserta pusaran orang-orang terdekatnya. Bahkan juga kolega formil jabatan, cerminan itu bisa di lihat dari gaya kepemimpinannya selama ini selain terkesan represif, monopoli juga over confident tanpa rasa malu ngotot menginginkan kembali kekuasaan. Apa mungkin tidak ada sesuatunya...!
Sampai disini silakan masyarakat pemilih menilai dengan empati masing-masing, layak tidaknya gerbong yang sudah rusak berat di percaya kembali, secara kondisional seharusnya sudah sepantasnya di robohkan. Namun semuanya terpulang masyarakat selaku pemilih.
"Motivasi narasumber dalam hal ini batasannya mengingatkan, masalah sependapat atau tidak itu bukan soal intinya kesadaran kita saja, sekali lagi sudah dua kali negeri ini di permalukan secara hukum apakah masih belum cukup bagi kita semua untuk bisa menyatukan pandangan," ujar narasumber mengingatkan masyarakat agat lebih jeli dalam pilihannya.
Berikutnya, narasumber sangat menghargai yang namanya menyatukan pandangan dalam area politik itu bukan hal yang mudah, apalagi kalau sudah terhubung dengan kepentingan hajat hidup akan semakin sulit lagi, tapi paling tidaknya ada upaya hal itu sudah bagian dari cukup buat narasumber, dan lagi alasannya pun ada untuk mengingatkan masyarakat itu, tinggal mau perduli atau tidak itu yang ingin kita garis bawahi, masalah pilihan sepenuhnya menjadi milik pemegang hak itu sendiri, tak bisa di intervensi karena masuk wilayahnya hak asasi.
Penutup, ungkapan untuk edisi yang kesekian narasumber kembali menginspirasi informasi ini sebagai semangat melawan KORUPSI, catatan pentingnya pada tanggal 9 Desember 2020 itu nanti bukan hanya momentum hari pencoblosan untuk memilih Kepala daerah saja. Tapi juga bertepatan sebagai HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA yang diperingati oleh setiap negara.
"Dan semoga pada hari itu nanti harapannya masyarakat semakin sadar bahwasanya perbuatan KORUPSI itu menjadi musuh bersama," tutupnya.
Komentar Via Facebook :