Ditemukan Dua Candi Baru
Misteri Muara Takus

KAMPAR, RanahRiau - Candi ini letaknya di Kecamatan XIII KotoKampar. Sekitar 122 km dari Kota Pekanbaru Riau. Melalui jalan darat perjalanan bisa ditempuh sekitar dua setengah jam. Lokasinya mudah dijangkau, dari jalan lintas Riau-Sumatra Barat hanya jarak sekitar 19 km. Di sepanjang perjalanan menuju candi akan tampak pemandangan tebing-tebing batu, perbukitan hijau dan rimbunnya hutan tropis.Jarak candi dengan pusat Desa Muara Takus sendiri sekitar 2,5 km.
Kawasan Muara Takus disinyalir merupakan salah satu wilayah tertua di pulau Sumatera bahkan Nusantara. Sejumlah hikayat lokal mengungkapkan bahwa tempat tersebut merupakan salah satu perhentian kapal Nabi Nuh as di mana sepasang pengikut beliau diturunkan di sana. Dan tak jauh dari kawasan tersebut seorang Wali Allah bernama Syekh Abdul Ghani di makamkan.
Gugusan kompleks candi ini secara resmi ditemukan olehCornet De Groot, ahli purbakala Belanda pada tahun 1860, di sebuah hutan terpencil tak jauh darianak sungai yang bermuara ke Batang Kampar Kanan.Groot ketika itu menulis artikel berjudul "KOTO CANDI", yang dimuat dalam "Tijdschrift voor Indische Taal, Land en Volkenkunde". Tulisan inilah yang mengundang sejumlah peneliti lainnya seperti G Du Ruy Van Best Holle, W.P. Groneveld, R.D.M Verbeek Dan E.Th. Van Delden, J.W. Yzerman, Dr. F.M. Schnitger, Bosch, Benet Kempers dan lain-lain.
Takus berasal dari ‘Ta ku Se’ dalam bahasa Cina artinya candi besar yang tua. Para pakar purbakala hingga saat ini belum dapat memastikan umur candi ini. Demikian pula dengan luasnya. Diperkirakan luas kompleks candi ini sebenarnya lebih kurang 4 Km persegi. Sementara yang tampak kini dipermukaan hanyalah puncaknya saja. Baru-baru ini seorang petugas BPCB (Badan Pelestarian Cagar Budaya) Batu Sangkar, Ibu Wasmidar mengkonfirmasi bahwa telah ditemukan dua candi baru di kawasan kompleks candi tersebut.
Seorang tokoh agama Budha Riau, Sidarta menceritakan Muara Takus termasuk sebagai candi terbesar dan dikenal sebagai situs umat Budha dunia yang menjadi referensi. Hal ini diketahuinya tidak sekadar dari catatan sejarah, namun dari banyaknya ia mendampingi Rinpoce dari Tibet (sekelas Lama atau disebut titisan Biku melalui reinkarnasi yang bisa menikah), yang selalu ingin melaksanakan ritual ibadah di Candi Muara Takus.
'Tidak lengkap ilmu kalau tidak beribadah ke Candi Muara Takus. Pada zamannya dulu, begitulah pesan dari mahaguru yang diteruskan secara turun menurun. Candi Muara Takus pernah besar pada zamannya dan bisa jadi sebagai pusat kerajaan terbesar itu karena di Palembang tidak ditemukan candi,” ujar Sidarta. (Luthz)
Komentar Via Facebook :