Catatan Hati Seorang Sahabat : Said Mustafa Husin - Wartawan Senior Riau di Kuantan Singingi

Catatan Hati Seorang Sahabat : Said Mustafa Husin - Wartawan Senior Riau di Kuantan Singingi

Wartawan Senior Riau, Said Mustafa Husin

RANAHRIAU.COM - JIKA hidup adalah perjuangan maka hidup adalah pertarungan. Pertarungan yang tak mengenal musim. Jangan sekali-kali kau menangis atau berhati berang kalau hanya karena kalah.

Sebab pertarungan dalam hidup hanya menyajikan pilihan menang atau kalah. Setiap saat kita berada di antara satu dari keduanya. MENANG atau atau KALAH...
Itulah nasehat Said Mustafa Husin di laman facebook pribadinya. Pesan itu terasa menusuk sampai ke sum-sum bagi yang membacanya. Aktual dan sesuai dengan kondisi kekinian.

"Tua-tua keladi, makin tua makin berisi."  Itulah sosok Said Mustafa Husin jurnalis (wartawan) paling senior di Kuantan Singingi, Riau. Dia tercatat sebagai anggota Dewan Penasehat  Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Riau 2022-2027.

Orang Kuantan Singingi lebih mengenal namanya  "Buyung Timadhijah." Kini pria kelahiran 22 Mei 1952 masih aktif menulis dan melakukan liputan. Baik untuk diterbitkan di media yang dikelolanya: KuansingKita.com maupun di media nasional: kompasiana.com

Dalam usia 72 tahun banyak rekan seperjuangan Bang Buyung sudah pensiun atau  istirahat bekerja dari hiruk pikuk dunia.  Tapi tidak dengan Bang Buyung. Akhir Januari 2024 lalu dia masih mengikuti Borobudur Writer di Jogjakarta.  Saluut.. 

Banyak generasi muda di Kuantan Singingi saat ini hanya mengenal  Bang Buyung begitu ia akrab disapa hanya seorang wartawan biasa.  Tak banyak yang tahu masa lalunya sebagai *art* (seniman) yang malang melintang di Jakarta.

Pada era 1970-an, Bang Buyung  adalah pemain drama yang sering tampil di Taman Ismai  Marzuki (TIM) Jakarta.

Saya memperoleh  kabar ini bukan dari Bang Buyung sendiri. Tapi dari rekannya "tempoe doeloe"  yang sering tampil mengisi acara bersama Bang Buyung di TIM. Hal ini diperkuat dengan foto tempoe doeloe  ketika mereka tampil di TIM.

Kepercayaan saya semakin kuat ketika rekannya Asrul Mudha yang kini menetap di Sungai Jering, Kuantan Singingi menceritakan sosok  Bang Buyung waktu masa remaja. 

 “Bang Buyung adalah seniman pemain watak dalam setiap pementasan drama,” ujar Asrul.

Asrul menyebutkan ada kisah lucu di antara mereka yang tak mungkin dia  lupakan. Yakni sama-sama berasal dari Teluk Kuantan dan sama-sama punya nama kecil Buyung. Untuk membedakan keduanya, seniman Senen tempoe doeloe di Jakarta menambah nama belakang mereka.   

“Saya dipanggil Buyung Mudha karena lebih muda. Bang Buyung dipanggil  Buyung Timadhijah sesuai dengan nama orang tuanya,”  jelas Asrul yang dulu sering bertindak sebagai penata artistik di TIM.

Saya mencoba mempertanyakan hal ini kepada Bang Buyung. Ketika kami sama-sama menjalani liputan  sebagai jurnalis di Kuantan Singingi. Dia hanya tersenyum.  

“Ah…. Itu masa lalu. Jangan diungkit kembali. Masa lalu biarlah berlalu, ayo kita tatap masa depan,” katanya tersenyum simpul.

Menurut Asrul  orang Kuantan Singingi pada era 1070-an – 1980-an yang sering tampil mengisi acara di TIM selain mereka adalah: Idrus Tintin, Mara Karma,  Yohazar alias Otong Lenon dari Benai.  Setelah baru adiknya Fakhri lalu menyusul Marwan,  dan koreografer Epi Martison tahun 1980-an.
 
Ketika main ke TIM Jakarta tahun 2012,  saya juga melihat dokumentasi foto-foto jadul di TIM.  Saya melihat di antara tumpukan album foto itu ternyata ada foto masa muda dan remaja Bang Buyung dari Kuantan Singingi. 

Ah, gantengnya….  Sekilas mirip artis Rafi Ahmad.... Aura kegantengan itu masih terlihat diusianya yang makin menua. Ahaaa.... 

Saya bangga dengan Bang Buyung. Ternyata ada orang Kuantan Singingi yang  meramaikan panggung teater bersama seniman nasional  lain seperti WS Rendra, Putu Wijaya, Soekarno M. Noer,  Idrus Tintin, Ibrahim Sattah, Soertadji Calzoem Bachari,  N. Riantarno, Ratna Sarumpet, dan lainnya. 

Siapa yang tidak bangga! Ternyata  Bang Buyung pernah menjadi bagian dari TIM.  Sekarang siapa penggantinya. Saya dengar anak perempuannya bernama *Widi* sekarang menjadi event organizier di Jakarta.  

Kata orang buah itu jatuh tidak akan jauh dari batangnya.  Begitu juga dengan Widi yang mengikuti ayahnya.  Sudah 20 tahun sudah saya tak bersua dengan Widi - gadis cantik nan berbakat alumni  SMA Negeri 1 Telukkuantan, Kuantan Singingi ini. 

Semoga Widi bisa meneruskan estafet seniman Kuantan Singingi di Jakarta.  Perjuangan Idrus Tintin, Otong Lenon,  Mara Karma, Said Mustafa Husin,  Asrul Mudha, Anna Tairas, Fakhri Semekot, Udin Semekot, Marwan, dan Abral Nyanyah  harus diteruskan.

Inilah curhatan hati Bang Buyung: AKU BUKAN LELAKI PELAMUN BAYANG

Tak perlu kau gumamkan lagi igau dan segala racau. Kalau semua itu hanya rahasia sunyi yang dimengerti perasaan

Tak perlu kau kisahkan lagi cerita usang tentang wajah-wajah yang tak berjejak dalam kenangan.

Sebab aku bukan lelaki pelamun bayang.
Aku bukan semisal ranting lapuk yang merindukan birahi tanah.

Aku lelaki penuh jejak badai dalam diri.
Lelaki yang terbiasa menunggangi asin laut di tengah gulungan ombak.

Untuk apa kau harus menunggu saat yang paling pucuk kalau hanya sekedar berharap gerimis menenggelamkan pulau-pulau.
 
Sudah kukisahkan, aku adalah duri. Menusuk akar sampai ke pucuk batang dari punggung daun sampai ke urat tanah.

Aku lelaki tubuh hujan yang selalu menghapus jejak di setiap perjalanan.
Aku bukan lelaki pelamun bayang.

KOTO TALUK 2021

Penulis: Sahabat Jang Itam
Published by: Forum IKKS- IWAKUSI Indonesia.
Shared : 08 Maret 2024

Editor : Eki Maidedi
Komentar Via Facebook :