Tanggapi kritikan AHY tentang Kebijakan terhadap Wong Cilik, Repdem PDIP: Bisanya hanya Kritik Doank
JAKARTA, RANAHRIAU.COM- Organisasi sayap PDIP, Relawan Perjuangan Demokrasi (Repdem), menanggapi kritik Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) yang menyebut kebijakan pemerintah kurang berpihak kepada rakyat miskin atau wong cilik. Ketum Repdem Wanto Sugito mengkritik balik era pemerintahan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
"AHY bisanya mengkritik pemerintahan Jokowi saja ya, mengkritik pemerintahan bapaknya tidak bisa, sekarang saya tantang deh sebutkan 10 keberhasilan SBY dan bandingkan dengan anggaran serta utang yang menumpuk selama pemerintahan SBY, kemudian buka itu korupsi ketum Demokrat yang ironi dengan slogannya, katakan tidak pada korupsi!" kata Wanto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (15/3/2023).
Ketua DPC PDIP Tangsel ini menegaskan pemerintah Jokowi sudah mengalokasikan anggaran orang miskin untuk orang miskin, pengalokasiannya dinilai sudah tepat sasaran, seperti program kebijakan rumah sakit gratis untuk rakyat melalui BPJS hingga peningkatan jaminan kesehatan.
Menurut Wanto, AHY seharusnya tidak membandingkan komitmen pemerintah Jokowi untuk wong cilik dengan komitmen pemerintahan SBY. "Zaman SBY itu kan dana untuk orang miskin dipakai untuk dana pemilu melalui bansos. Itulah yang membuat suara Demokrat naik menjadi 300%," kata Wanto.
Lebih lanjut, Wanto membeberkan kegagalan SBY terkait kesejahteraan wong cilik. Di mata Wanto, SBY punya banyak catatan merah, kegagalan SBY ini di antaranya menurunnya tingkat kesejahteraan petani, utang per kapita naik dari US$ 531,29 menjadi US$ 1.002,69 pada 2013, pembayaran bunga utang menyedot 13,6% dari anggaran pemerintah pusat. Dia juga menilai postur APBN semakin tidak proporsional karena didominasi oleh pengeluaran rutin dan birokrasi serta turunnya lapangan kerja dari 436.000 menjadi 164.000, bahkan neraca perdagangan dari surplus US$ 25,06 miliar menjadi defisit US$ 4,06 miliar.
"AHY ini berulang kali saya katakan harus belajar baca data dulu terkait kegagalan Bapaknya, baru kemudian mengkritisi kebijakan Jokowi," kata pria yang akrab disapa Klutuk ini.
AHY sebelumnya mengkritik kebijakan pemerintah yang dinilai kurang berpihak kepada rakyat miskin atau wong cilik. AHY menyoroti alokasi anggaran yang dinilainya terlalu banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek mercusuar dan tidak banyak berdampak pada kehidupan wong cilik. "Masalahnya, bukan hanya karena krisis global. Persoalan ekonomi kita semakin rumit, karena keuangan negara tidak dikelola dengan baik. Anggaran terlalu banyak digunakan untuk membiayai proyek-proyek mercusuar, yang tidak banyak berdampak pada kehidupan Wong Cilik, yaitu saudara-saudara kita terkategori miskin dan kurang mampu," kata AHY dalam pidato politiknya di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Selasa (14/3/2023).
AHY menyebut defisit anggaran ditutupi dengan utang pemerintah hingga angkanya naik mencapai tiga kali lipat. AHY mengatakan pada akhirnya rakyat yang kembali kena imbas atas utang tersebut. "Menurut Kementerian Keuangan, di awal 2023, angkanya mencapai Rp 7.733 Triliun. Belum lagi, utang BUMN yang semakin menggunung, sebesar Rp 1.640 triliun," katanya.
"Faktanya pula, rasio utang negara terhadap PDB semakin tinggi. Lagi-lagi, ada pihak yang berdalih, rasio utang masih aman. Bukan itu soalnya. Kini, kita kesulitan membayar utang, karena keuangan negara juga tengah menghadapi tekanan. Sejatinya, rakyat juga yang akan menanggung utang, lewat pajak yang mereka bayar," imbuhnya.
Dibela Ibas
Ketua Fraksi Partai Demokrat (F-PD) DPR RI Edhie Baskoro Yudhoyono atau Ibas saat menanggapi pidato AHY. Menurut Ibas, AHY telah menyampaikan pokok-pokok pikiran yang tepat dan dibutuhkan dalam kondisi Indonesia sekarang ini. ''Sebagai contoh, saat Ketua Umum Partai Demokrat menegaskan bahwa rakyat sedang susah, itu bukan isapan jempol. Itu bukan statement yang dibuat-buat untuk mendiskreditkan kerja pemerintah atau menyinggung pihak manapun. Itu memang pernyataan yang didasarkan pada fakta lapangan,'' kata Ibas dalam keterangannya, Rabu (15/3).
Komentar Via Facebook :