Produksi Teater Koma ke 223

Sempat tertunda dua tahun, Lakon Sampek Eng Tay akhirnya naik panggung

Sempat tertunda dua tahun, Lakon Sampek Eng Tay akhirnya naik panggung

JAKARTA, RANAHRIAU. COM- Sejak awal didirikan pada tahun 1977 silam, Teater Koma konsisten menghadirkan beragam lakon menarik dan menghibur bagi para pecinta teater. Pandemi yang melanda dunia membuat berbagai pementasan di atas panggung harus tertunda demi mencegah penyebaran Covid-19. Seiring berjalannya waktu, Teater Koma kembali berproses dan menggelar lakon bertajuk SAMPEK ENGTAY untuk menjawab kerinduan para pendukungnya. Lakon yang didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation ini dipentaskan pada Sabtu, 5 Maret hingga Minggu, 6 Maret 2022 pukul 13.00 dan 18.30 WIB  di Ciputra Artpreneur, Ciputra World Jakarta.

“Setelah penantian yang cukup lama dan dengan melakukan beberapa penyesuaian, lakon SAMPEK ENGTAY awalnya akan dipentaskan pada tahun 2020, akhirnya akan diselenggarakan dengan mengikuti protokol kesehatan yang berlaku, di mana penonton yang hadir adalah 50% dari kapasitas gedung. Dengan kapasitas yang terbatas tersebut, sebagian besar penontonnya adalah mereka yang sudah membeli tiket sejak dua tahun lalu. Inilah cara Teater Koma menanggapi dukungan dan kepercayaan para pemegang tiket yang selama dua tahun tetap setia menanti lakon SAMPEK ENGTAY naik panggung. Terima kasih kepada para penikmat seni yang telah setia menanti, semoga penantian panjang ini dapat terbayar dengan penampilan kami,” ungkap Ratna Riantiarno selaku Pimpinan Produksi Teater Koma.

Lakon yang awalnya akan dipentaskan pada Maret 2020 ini, mengisahkan tentang Engtay, gadis dari Serang, yang ingin bersekolah ke Betawi. Di masa itu, perempuan dilarang bersekolah. Setelah berusaha keras meyakinkan orangtuanya, Engtay pergi ke Betawi dengan menyamar sebagai laki-laki. Saat tersesat di jalan, Engtay bertemu dengan Sampek, yang kebetulan hendak pergi ke sekolah yang sama. Di sinilah awal mula cinta Engtay bersemi. Berbagai isyarat dia lemparkan kepada Sampek. Tapi, Sampek yang kutu buku dan rajin belajar sama sekali tidak sadar. Apakah Engtay akan membuka jati dirinya kepada Sampek? Bagaimanakah nasib cinta mereka?

“Dalam dua tahun penundaannya, lakon yang mengangkat tentang cinta dan isu sosial ini telah mengalami empat kali pergantian jadwal, dan penyuntingan ulang naskah untuk mengurangi durasi lakon untuk memberikan pertunjukan terbaik bagi 1200 pembeli tiket yang telah menyimpannya dan berantusias untuk menyaksikan lakon ini sejak tahun 2020 lalu. Tentunya, antusiasme dan kesabaran para penikmat seni memberikan kami energi dan semangat tersendiri untuk terus beradaptasi dengan segala perubahan. Kami sangat bersyukur dan berterima kasih atas kepercayaan para penikmat seni yang selama dua tahun tetap setia menanti lakon SAMPEK ENGTAY naik panggung. Semoga kisah ini dapat menghibur dan diterima dengan baik,” ujar N. Riantiarno selaku sutradara dan penulis naskah.

Lakon ini dimeriahkan dengan penampilan dari Tuti Hartati, Ratna Riantiarno, Budi Ros, Emanuel Handoyo, Bayu Dharmawan, Daisy Lantang, Angga Yasti, Hengky Gunawan, Adri Prasetyo, Sir Ilham Jambak, Rangga Riantiarno dan Lutfi Ardiansyah. Selain itu, masih banyak lagi anggota Teater Koma lainnya yang sudah berkomitmen untuk terlibat dalam produksi ini sejak dua tahun lalu.

Naskah ditulis dan disutradarai N. Riantiarno dengan co-sutradara Ohan Adiputra. Didukung oleh tata artistik Idries Pulungan, tata musik Fero A. Stefanus, tata rias Subarkah Hadisarjana, tata cahaya Deray Setyadi, tata gerak Ratna Ully yang berkolaborasi membantu penonton untuk mengikuti dan memahami keseluruhan jalan cerita. Tata suara Matt Pallo, pandu vokal Naomi LG, serta rancang grafis RA7DIKA yang dibantu oleh pengarah teknik Tinton Prianggoro menghasilkan tampilan pementasan apik khas Teater Koma dengan arahan manajer panggung Sari Madjid dan pimpinan produksi Ratna Riantiarno.

Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation mengungkapkan, “Ditampilkannya lakon SAMPEK ENGTAY ini menjadi bukti bahwa Teater Koma tak pernah lelah untuk terus berinovasi dalam menyajikan pementasan yang berkualitas di tengah pandemi yang sedang melanda. Tepat pada 1 Maret kemarin, Teater Koma telah mewarnai dan meramaikan dunia seni pertunjukan Indonesia selama 45 tahun melalui beragam karya dan inovasi di atas panggung. Selama itu pula, Teater Koma konsisten memproduksi ratusan pertunjukan yang kaya akan pesan moral untuk dinikmati oleh para penikmat seni. Dirgahayu Teater Koma, semoga di usianya yang semakin matang ini, Teater Koma terus melahirkan karya dan menghibur para penikmat seni terutama generasi muda.”

                        ***
Sekilas tentang BAKTI BUDAYA DJARUM FOUNDATION
Sebagai salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia yang berasal dari Kudus, Jawa Tengah, Indonesia, PT Djarum memiliki komitmen untuk menjadi perusahaan yang turut berperan serta dalam memajukan bangsa dengan cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan mempertahankan kelestarian sumber daya alam Indonesia.

Berangkat dari komitmen tersebut, PT Djarum telah melakukan berbagai program dan pemberdayaan sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) di masyarakat dan lingkungan selama kurun waktu 60 tahun. Pelaksanaan CSR ini dilaksanakan oleh Djarum Foundation yang didirikan sejak 30 April 1986, dengan misi untuk memajukan Indonesia menjadi negara digdaya yang seutuhnya melalui 5 bakti, antara lain Bakti Sosial, Bakti Olahraga, Bakti Lingkungan, Bakti Pendidikan, dan Bakti Budaya. Semua program dari Djarum Foundation adalah bentuk konsistensi Bakti Pada Negeri, demi terwujudnya kualitas hidup Indonesia di masa depan yang lebih baik dan bermartabat.

Dalam hal Bakti Budaya Djarum Foundation, sejak tahun 1992 konsisten menjaga kelestarian dan kekayaan budaya dengan melakukan pemberdayaan, dan mendukung insan budaya di lebih dari 3.500 kegiatan budaya. Beberapa tahun terakhir ini, Bakti Budaya Djarum Foundation melakukan inovasi melalui media digital, memberikan informasi mengenai kekayaan dan keragaman budaya Indonesia melalui sebuah situs interaktif yang dapat diakses oleh masyarakat luas melalui www.indonesiakaya.com. Kemudian membangun dan meluncurkan "Galeri Indonesia Kaya" di Grand Indonesia, Jakarta pada 10 Oktober 2013. Ini adalah ruang publik pertama dan satu-satunya di Indonesia yang memadukan konsep edukasi dan multimedia digital untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia agar seluruh masyarakat bisa lebih mudah memperoleh akses mendapatkan informasi dan referensi mengenai kebudayaan Indonesia dengan cara yang menyenangkan dan tanpa dipungut biaya.

Bakti Budaya Djarum Foundation bekerja sama dengan Pemerintah Kota Semarang mempersembahkan “Taman Indonesia Kaya” di Semarang sebagai ruang publik yang didedikasikan untuk masyarakat dan dunia seni pertunjukan yang diresmikan pada 10 Oktober 2018, bertepatan dengan ulang tahun Galeri Indonesia Kaya ke-5. Taman Indonesia Kaya merupakan taman dengan panggung seni pertunjukan terbuka pertama di Jawa Tengah yang memberikan warna baru bagi Kota Semarang dan dapat menjadi rumah bagi para seniman Jawa Tengah yang bisa digunakan untuk berbagai macam kegiatan dan pertunjukan seni budaya secara gratis.

Bakti Budaya Djarum Foundation juga melakukan pemberdayaan masyarakat dan rutin memberikan pelatihan membatik kepada para ibu dan remaja sejak 2011. Hal ini dilatarbelakangi kelangkaan dan penurunan produksi Batik Kudus akibat banyaknya para pembatik yang beralih profesi. Untuk itu, Bakti Budaya Djarum Foundation melakukan pembinaan dalam rangka peningkatan keterampilan dan keahlian membatik kepada masyarakat Kudus agar tetap hadir sebagai warisan bangsa Indonesia dan mampu mengikuti perkembangan jaman tanpa menghilangkan ciri khasnya. Lebih lanjut informasi mengenai Bakti Budaya Djarum Foundation dapat mengakses www.djarumfoundation.org, www.indonesiakaya.com.

Untuk informasi lebih lanjut:
IMAGE DYNAMICS

Ima Silaban    #0812 9055 4435    (ima.silaban@imagedynamics.co.id

Tisiana        #0812 1869 9177    (tisiana@imagedynamics.co.id)

Talitha        #0851 5886 3168    (talitha@imagedynamics.co.

Editor : Abdul
Sumber : Image Dynamics
Komentar Via Facebook :